Sabtu 20 Oktober 2012, dimana mungkin tidak banyak orang tahu bahwa hari ini adalah hari statistik dunia. Perayaan yang ketiga kalinya semenjak PBB menetapkannya pada tahun 2010. Perayaan yang diharapkan mampu mengingatkan kembali bagaimana pentingnya peran data statistik. Data statistik memang merupakan salah satu modal penting dalam pembangunan di segala bidang. Kemampuan data statistik sebagai dasar pengambilan keputusan dan alat evaluasi, amat berjasa membangun negeri ini. Pembangunan akan jauh lebih mahal apabila tanpa data yang menunjang. Fakta dan informasi hasil “tangkapan” data statistik mampu memberikan arah obyektif bagi kebijakan pemerintah.
Karena vital kegunaannya, kebutuhan akan data statistik terus makin meningkat. Berbagai survei dan pendataan pun makin sering dilaksanakan. Draft pertanyaan yang diajukan pada responden pun makin menumpuk. Atau bisa dikatakan beban responden makin meningkat ditengah semakin dibutuhkannya data statistik yang berkualitas. Hal itu amat rawan membuat berkurangnya tingkat respons/kepedulian responden terhadap suatu survei atau pendataan lain.
Pola seperti ini jelas perlu diminimalisir. Hal tersebut jelas mengancam tingkat kualitas data yang dihasilkan. Perlu diketahui, responden bisa berasal dari berbagai komponen dalam rakyat, paling sering semisal rumah tangga, LSM, pasar, perusahaan, dll. Responden bisa dikatakan adalah kunci awal yang berpengaruh besar dalam menentukan kualitas data. Berawal dari merekalah data statistik bisa diperoleh. Responden bagaikan tambang informasi yang digali, untuk kemudian diproses menjadi data statistik. Kualitas informasi yang didapat dari responden akan berkorelasi positif pada baik buruknya data statistik.
Diperlukan kesadaran responden akan pentingnya peran mereka demi menghambat pola tersebut. Perlu berbagai usaha nyata untuk memperkokoh kadar sadar statistik rakyat Indonesia, terutama akan peranan sebagai responden. Hal ini sebenarnya sudah tersirat pada UU no. 16 tahun 1997 tentang statistik pasal 32h, yang berisi perlunya “meningkatkan kesadaran masyarakat akan arti dan kegunaan statistik”.Pemberdayaan sadar statistik pada rakyat Indonesia, hal inilah yang perlu dilakukan. Sebuah bentuk investasi demi menuju rakyat Indonesia yang sadar statistik sebagai penyokong sistem statistik nasional.
Usaha pemberdayaan harus bertumpu pada kesadaran akan “kebutuhan” atau timbal balik yang didapat jika suatu komponen rakyat menjadi responden. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa selama responden tidak melihat manfaat (langsung maupun tidak langsung) yang didapat dari survei, mereka akan kurang kooperatif merespon survei. Pemberdayaan harus mampu membuat responden secara otomatis melihat manfaat kedepan yang akan dia terima apabila rela berkorban untuk merespon survei atau pendataan lainnya.
Pemberdayaan juga perlu fokus pada penanaman kesadaran akan pentingnya peran responden sebagai sumber data bagi kepentingan bersama. Dalam konteks survei sampel, pemberdayaan harus membuat responden mampu menyadari bahwa jawaban yang mereka berikan akan mewakili banyak lainnya yang tidak terpilih sebagai responden. Misalkan Susenas 2011 yang mencacah 75.000 rumah tangga tiap triwulannya. Rumah tangga terpilih itu diharapkan karakteristiknya mampu mewakili sekitar 60 juta rumah tangga atau 242 juta penduduk Indonesia.Bayangkan saja, informasi sebuah rumah tangga diharapkan mampu mewakili sekitar 800 rumah tangga yang tak terpilih menjadi responden. Para responden bak bagaikan anggota DPR terhormat yang suaranya diharapkan mampu mewakili rakyatnya. Berbagi lewat data, itulah yang perlu calon responden sadari.
Disamping pemberdayaan, juga perlu dihasilkan data/indikator yang mampu “menjaring” berbagai informasi tentang behaviour responden di Indonesia dan hubungannya dengan kualitas data. Analisis data/indikator tersebut bisa memberikan arah pemberdayaan selanjutnya. Sejauh penelusuran penulis, di Indonesia masih amat sedikit bahkan belum ada data/indikator yang seperti itu.
Oleh karena itu, perlu diadakan survei atau riset untuk memperoleh data/indikator yang mampu menggambarkan behaviour responden “khas” Indonesia. Pengukuranbehaviour responden juga bisa diintegrasikan dengan survei yang bersangkutan. Sehingga dapat dilihat bagaimana pola sifat responden dan pengaruhnya terhadap kualitas data pada masing-masing survei bersangkutan. Data ini bisa “digali” dari para pencacah lapangan atau responden. Berbagai lembaga survei atau litbang di Indonesia jelas diharapkan mau menerima tantangan untuk bisa menghasilkan data ini.
Perlu perhatian berbagai pihak terkait, untuk ikut mensolusikan isu yang belum terlalu tersentuh ini, tapi amat urgen kedepannya. Intinya perlu menerapkan pemberdayaan ini terutama pada generasi mendatang. Sehingga diharapkan rakyat Indonesia mampu tumbuh menjadi masyarakat madani yang sadar statistik, terutama sadar akan perannya sebagai sumber data (responden). Hal itu diharapkan mampu menjadi penyokong usaha menghasilkan data statistik terpercaya.
Selamat Hari Statistik Dunia.
0 komentar:
Posting Komentar