Warok
merupakan salah satu tokoh dalam tarian Reog, yang merupakan tarian khas
kampung halamanku, Ponorogo. Ada sejarahnya lho terkait Warok ini. Semua berawal ketika Ki
Ageng Kutu (Penguasa Wengker/Ponorogo) dikalahkan oleh utusan Majapahit, Raden
Bathoro Katong yang kemudian hari menjadi Bupati pertama Ponorogo. Dari
peristiwa itu, bekas murid-murid Ki Ageng Kutu yang telah menyerah dihimpun
menjadi manggala (prajurit) negeri. Mereka didaulat untuk mempertahankan
Ponorogo. Para manggala negeri ini kemudian disebut warok.
Buatku, diantara tokoh-tokoh yang ada
di tarian Reog, Warok itu merupakan tokoh favoritku. Walaupun perawakannya
hitam, berjenggot, & cukup menakutkan, tapi waroklah tokoh yang paling
nyata ada di Ponorogo. Warok itu dihormati di Ponorogo, karena filsafat
hidupnya yang patut diteladani.
Sebutan warok itu berasal dari kata
wewarah dalam bahasa jawa yang berarti mampu memberi tuntunan dan ajaran
perihal kehidupan. Selain itu, warok juga dikenal memiliki sifat kesatria
seperti berbudi luhur, jujur, bertanggung jawab, rela berkorban untuk
kepentingan orang lain, bekerja keras tanpa pamrih, adil dan tegas, dan tentu
saja sakti mandraguna.
Pemerintah daerah Ponorogo pun, juga
mewajibkan para PNS pria untuk mengenakan pakaian Warok pada hari-hari
tertentu.
Selama di Ponorogo, aku belum pernah
ikut nari Reog, aku cuma jadi penonton aja sih. Tapi karena kebanyakan nonton
tarian reog, jadi muncul juga keinginan buat ikut nari. Tapi udah minder duluan
sih dengan kemampuan seniku ini.
Nah, pas memasuki kuliah di STIS,
kesempatan itu malah datang sendiri. Bekisar (himada Jatim di STIS), mau
nampilin tarian Reog untuk ditampilkan pada Persembahan Himada DiesNatalis
Kampusku ke 53. Dengan sedikit minder, aku mengiyakan buat ikut nari. Nah,
sebenarnya pas itu aku juga gak minta dijadiin warok, tapi akhirnya emang yang
paling cocok jadi warok, ya udah. Bareng temen-temen Bekisar 52 lainnya kami
memulai latihan untuk menari Reog. Damas & Aku jadi warok (Cuma dua emang,
tapi gpp), Oktar & Fendik jadi Bujang Ganong, Pramu jadi Klonosewandono,
Mas Joko yang make Barongan (hebat cuy..), Yunita, Chindy, Rani, Della &
Ayu jadi Jathil. Latihannya aku agak lupa berapa lama, tapi mungkin ada 3
minggu sepertinya. Latihan diawali dengan berguru ke seniman Reog yang ada di
Bogor. Eh, ternyata bapak seniman Reog yg di Bogor ini juga nglatih di IPB
& itu ya temen2ku sendiri yang dilatih.
Dengan latihan yang telah dijalani,
hari penampilan pun datang. Hari itu semua Himada bakal tampil, dan akan
diambil 5 penampil himada terbaik yang akan tampil kembali di acara Puncak DN.
Saat itu siang skitar jam 1, ialah
giliran untuk penampilan Bekisar. Dengan semua atribut penari yang udah
dipasang, aku & Damas saat itu jadi warok yang telanjang dada, atau gak
pake baju (waduh). Penampilan pun dimulai... Moment yang gak bakal terlupakan
adalah saat diawal tarian musik tari tiba-tiba berhenti (OMG). Tapi untunglah
kami gak terlalu berpengaruh & tetep mengalir ketika musik berbunyi lagi. Setelah
penampilan, dikomentari oleh juri. Sepertinya penampilan kami mendapat
apresiasi yang baik. Mistisnya dapet, cukup kompak & tariannya emang bikin
tegang penonton.
Akhirnya...
Walaupun gak terlalu maksimal gara2
musik tari mati, tapi himada Bekisar dengan tarian Reog-nya berhasil masuk 5
besar dan akan tampil lagi di acara Puncak DN. Seneng bangetlah ya. Akhirnya
kami tampil di Puncak DN, tentu tanpa beban (beban biaya aja mungkin).
Sayangnya di pengumuman akhir, kami gagal jadi juara untuk penampilan Himada,
tapi tetap bersyukur. & Buatku ini pengalaman yang luar biasa sekali,
karena aku dapat pengalaman di bidang
seni, sekaligus bisa kesampaian juga bisa nari Warok.
Tahun depannya (DN 54), aku ditawari
lagi buat bantu ikut nari sebagai Warok. Bedanya kali ini yang nari kebanyakan
adek-adek Bekisar 53. Ditawari mungkin pas itu aku juga gak terlalu ada
kegiatan sih. Aku cukup antusias untuk nari di DN 54 ini. Terutama aku bisa kenal
lebih dekat lagi ma adek-adek Bekisar 53 ini. Selain itu jujur, pas itu aku
baru aja benar-benar putus hubungan ma seseorang. Jadi karena ikut nari ini,
jadi nambah kegiatanku, manfaatnya jadi gak terlalu kepikiran ma masalah tadi. &
di DN 54 ini, penampilan tari Reog kami emang lebih siap & personilnya
memang lebih banyak. Jadi akhirnya kami bisa tampil lagi di Puncak DN, &
spesialnya kami berhasil jadi juara 1 penampilan Himada. J
0 komentar:
Posting Komentar