“Kepedulian” yang berasal dari kata dasar “peduli” merupakan kata yang apabila diterapkan akan berbuah menjadi perbuatan yang mulia. Motif kepedulian biasanya dikarenakan terdapat permasalahan orang lain disekitar kita. Apabila motif yang dijadikan dasar hanya masalah diri sendiri saja, menurut penulis hal tersebut tidak bisa disebut peduli, tapi lebih ke sifat apatis.
Kepedulian itu berbeda dengan kepekaan. Dengan kepekaan, kita bisa tahu dan merasakan masalah-masalah di lingkungan, tapi tidak sampai berpikir dan bertindak untuk memecahkan masalah. Tetapi bila kepedulian, tahapannya sudah mencapai proses berpikir dan bertindak untuk memecahkan masalah. Kepedulian tidak mengharuskan masalah bisa terpecahkan, tetapi berusahalah dengan segenap hati untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Saat ini bangsa kita sedang mengalami banyak masalah besar, seperti kemiskinan, lunturnya moral anak bangsa, KKN, dll. Masalah tersebut sangatlah sulit untuk diselesaikan sampai akar-akarnya. Diperlukan kepedulian orang-orang istimewa untuk memikirkan solusi dari permasalahan tersebut. Sebenarnya di kursi pemerintah dari tingkat pusat sampai daerah berjejer para pejabat dengan nama penuh gelar, yang logikanya merekalah yang harus lebih peduli untuk mencari solusi dari permasalahan negara, serta bersama rakyat mengimplementasikan solusi tersebut. Tetapi para pejabat sekarang ini kecenderungannya banyak yang lebih mementingkan diri sendiri atau kelompoknya saja dalam menjalankan roda pemerintahan, kepentingan rakyat sering dianaktirikan. Hal tersebut dipertegas dengan seringnya ditemui para pejabat yang terkena kasus KKN. Makin dimantapkan lagi atas rendahnya penilaian terhadap indeks Demokrasi Global Indonesia (kompas, 12 April 2011). Apabila diperingkat, Indonesia berada pada peringkat 60 dari 167 negara, dan peringkat Indonesia ternyata lebih buruk daripada Timur Leste (ke-42), sungguh sangat memilukan .
Melihat kondisi tersebut, diperlukan kepedulian terutama berupa pemikiran dari pihak lain dalam menanggapi masalah negeri ini. Peran itu logikanya cocok disematkan pada para mahasiswa negeri ini, karena mereka adalah bagian kecil dalam masyarakat yang sudah pernah mengenyam pendidikan tinggi dan relatif lebih merakyat daripada para pejabat negeri ini. Mereka bakal lebih bisa berpandangan luas dalam melihat suatu permasalahan. Dengan modal ilmu dan semangat muda, diharapkan mereka mampu membuat negeri ini menjadi lebih baik.
Kepedulian mahasiswa dibutuhkan bukan hanya karena banyak permasalahan yang ada sekarang, tetapi juga demi masa depan negeri ini. Ingatlah bahwa mahasiswa suatu saat akan menjadi sopir negara ini. Baik buruknya negeri ini kedepannya sangat ditentukan oleh para mahasiswa. Oleh karena itu agar tidak muncul lagi para pemimpin apatis, maka mahasiswa harus melatih diri untuk peduli pada masalah bangsa dan negara ini sejak awal. Hal ini didukung oleh perkataan presiden Kennedy (USA) pada pelantikannya 20 Januari 1961, “Ask not your country can do for you, ask what you can do for your Country”.
Kepedulian mahasiswa yang berupa hasil pemikiran sangat tepat apabila itu dituliskan dalam bentuk artikel atau karya ilmiah populer. Lewat tulisan semacam itu, pemikiran yang ingin disampaikan akan benar-benar bisa dipahami lebih lengkap dan mendalam. Tindak lanjut dari hasil pemikiran itu pasti juga bakal lebih jelas.
Mentransformasi hasil pemikiran menjadi sebuah artikel memang sulit. Aristoteles berpendapat bahwa penuangan pemikiran atau ilmu dalam tulisan merupakan bentuk kejeniusan paling tinggi, lalu diikuti kejeniusan tingkat 2 berupa penyampain pemikiran atau ilmu dengan cara lisan, dan kejeniusan tingkat 3 berupa kepintaran yang disimpan sendiri. Walaupun begitu kemampuan menulis bisa didapat dengan cara dilatih terus-menerus dan banyaklah membaca. Bagi mahasiswa, kemampuan menulis sangatlah dibutuhkan, puncaknya apabila saat memasuki tahap penulisan skripsi. Sehingga latihlah kemampuan menulis sejak dini.
Setelah artikel selesai dibuat, seharusnya tulisan tersebut coba dikirim ke media massa terkenal dengan harapan tulisan itu bisa dimuat. Apabila dimuat, tulisan itu akan dapat tersampaikan kepada seluruh lapisan rakyat, dari kaum rakyat jelata hingga para pemimpin negara. Artikel itu juga bakal bisa mendapat feedback kualitas OK dari pembaca, akibatnya pemikiran dalam artikel itu bisa lebih dikembangkan.
Apabila artikel kita masih belum juga dimuat, janganlah merasa gagal dalam mempublikasikan artikel tersebut. Kita bisa posting artikel di web berita online yang kontennya diisi sepenuhnya oleh para pembaca. Web seperti itu yang lagi ngetrend saat ini di Indonesia contohnya Kompasiana dan Citizen 6 (maaf tidak ada maksud promosi). Lewat media itu, tulisan kita tetap bisa dibaca oleh banyak orang. Jadi wahai mahasiswa, janganlah ragu mengungkapkan pemikiran lewat tulisan, karena pasti akan berguna bagi orang lain dan diri kita sendiri. Dengan semangat kepedulian, kita pasti bisa.
0 komentar:
Posting Komentar