Penulis sering mendengar keluh kesah beberapa teman tentang kondisi politik Indonesia. Sering juga melihat pandangan politik teman-teman yang tercantum di facebook, dan berisi kata emang gue pikirin, tau ah gelap, males, dll. Hal-hal yang sama memang real dalam masyarakat kita secara umum. Sering terdengar pendapat bahwa politik itu kotor, karena itu jangan berpolitik. Hal itu muncul karena masyarakat berhadapan dengan kenyataan bahwa berpolitik itu seakan untuk mencari kekuasaan, penuh rekayasa, berbau dan kental dengan permainan uang (money politic), seakan yang punya uang dan pengaruh bisa bermain-main di ranah politik semaunya. Akibatnya terjadi penyimpangan dan menuju kepada pembusukan sehingga sangat membahayakan untuk keselamatan bangsa. Kadang terasa siapa yang paling kuat berteriak, itulah yang menang. Padahal mungkin yang terjadi adalah kekalahan. Kerasnya suara kerap menekan orang untuk mengiyakan yang sebenarnya tidak benar.
Pandangan orang bahwa politik itu kotor, tidak baik, penuh rekayasa itulah yang menyebabkan orang tidak mau terlibat dalam kehidupan berpolitik. Orang menjadi malas bahkan mengalami pobia untuk memasuki dunia politik. Kalau itu semakin meluas, bahaya pula bangsa kita. Tiap orang akan apatis pada bangsanya, makin banyak muncul golongan putih, tidak ada generasi penerus pemimpin bangsa.
Politik sebenarnya pada dirinya baik, merupakan suatu keharusan bagi setiap orang. Sebab politik bisa diartikan positif sebagai suatu tindakan pengambilan keputusan untuk dan demi kesejahteraan bersama. Politik disini dilihat sebagai sarana untuk mencapai kesejahteraan bersama, bukan kepentingan pribadi, keluarga, ataupun partai. Politik yang demikian bukan mencari untuk dan rugi tetapi untuk kebaikan bersama. Pasti didalamnya, si pelaku politik bukan hanya mendasarkan pertimbangannya pada logika hukum, analisa, tetapi tidak kalah pentingnya hati nurani manusia. Hati nurani seringkali disingkirkan, bahkan dibuang jauh-jauh, dianggap tidak ada. Politik semestinya menjadi politik hati nurani. Keputusan politik kehilangan rohnya, saat hati nurani ditinggalkan. Keputusan-keputusannya kerap jauh dari aspirasi masyarakat dan tidak menyentuh kesejahteraan bersama. Jadi ayo semua pihak yang merasa, gunakan hati nurani kalian.
0 komentar:
Posting Komentar