Itulah intisari
yang kudapat, selama perjalanan penuh lika-liku dalam kegiatanku di dunia
penulisan selama di STIS ini.
Bidang
Menulis kreatif, baik itu menulis artikel, esai, karya ilmiah populer, memang
jadi kegemaranku. Kegemaran ini dimulai sejak SMA. Ketika itu, aku sering
diajak oleh temanku untuk mengikuti kompetisi Lomba Karya Tulis Ilmiah.
Saat
masa kuliah (tk 1 & 2), aku pun tetap berusaha mengikuti banyak kompetisi
(tapi lebih ke artikel atau esai saja). Aku tentu punya ambisi untuk
memenangkan banyak kompetisi itu. Tetapi hasilnya NIHIL.. Sedih tentu, Kecewa
apalagi.
Kekecewaan
terbesar tentu untuk kompetisi Esai Nasional Statistika Ria. Tahun 2011, merupakan
tahun pertama partisipasiku. Aku menulis esai itu dengan suasana hati yang
dipenuhi ambisi saja. Aku terlalu percaya diri dengan kemampuanku, dan
cenderung sombong. Hasilnya pun, aku gagal lolos ke babak final.
Pasca
kegagalan di tahun pertama, aku pun menetapkan hati untuk mengikuti kompetisi
tahun depan. Tahun 2012, esai untuk kompetisi ini kubuat dengan waktu kira-kira
hampir 2 bulan. Akan tetapi saat itu, lagi banyak permasalahan pribadi dengan
seseorang yang sedang kuhadapi. Itu cukup berlarut-larut, sehingga menyebabkan
ketidakfokusanku pada proses pembuatan esai ini. Hasilnya, aku pun tetap gagal
untuk sekedar masuk final.
Memasuki
tingkat 3, aku pun seperti ingin berhenti saja dulu untuk menulis, dengan
berbagai kegagalan ditengah ambisiku itu, aku nyatakan mau berhenti dulu. Aku
mau lebih fokus belajar nulis Koding (pemrograman) di sisa waktu kuliahku di
STIS ini. Karena aku sadar, ini penting, terutama saat nanti pengerjaan
skripsi. Fokus belajarku memang lebih ke bidang pemrograman Web, karena
cenderung lebih mudah dipelajari bagi aku yang tidak terlalu suka & bisa
dalam pemrograman.
Di
tingkat 3 ini, sebenarnya aku malah mendapat
inspirasi tentang menulis dari orang-orang yang kuhormati. Pertama dari Suster
Lusi, beliau adalah suster yang selalu menemani Caritas ketika kumpul tiap
kamis malam. Beliau pernah cerita, tentang buku rohani yang berhasil beliau
dibuat. Buku itu bisa dibuat simpel kok sebenarnya, beliau secara tekun menulis
& mengumpulkan 1 cerita tiap cerita karena beliau memang suka.
Selain
itu pernah mengikuti pelatihan oleh ahmad fuadi, seorang novelis terkenal.
Beliau bilang, dia bilang novel pertamanya jumlah halamannya ada 365 hal, itu
sama dengan jumlah hari dalam satu tahun. Dengan tekun beliau menulisnya satu
halaman tiap hari, sehingga bisa terkumpul 365 hal tersebut. Motivasi beliau
pun bukan untuk menjadi terkenal atau uang, beliau cenderung mengedepankan
motivasi untuk membagikan kisahnya yang diharapkan bisa bermanfaat bagi orang
lain.
Terakhir,
dari pak Anang, dosen jurusan KS yang saat itu mengajar mata kuliah pemrograman
web, beliau pernah berkata bahwa “Menulis program itu seperti menulis Novel”.
Intinya, nulis program maupun Novel baru bisa dilakukan bila kamu juga harus
banyak baca karya orang lain. Kamu harus tetap menulis dan menulis, walaupun
tulisan novel atau programnya dianggap jelek. Karena lewat proses itu,
penulis/programmer akan terus belajar, hingga tulisan novel atau program yang
dibuat bisa menjadi lebih baik.
Dari
inspirasi-inspirasi itu, aku pun memutuskan untuk kembali nulis lagi, kembali
nulis esai untuk mengikuti Kompetisi Esai Statistika Ria. Dengan tema tentang Big Data, jujur aku ngrasa itu sebuah
keuntungan, karena itu tergolong bidang Komputasi. Proses penulisan esai,
sebenarnya dipenuhi kesibukan lain yang memang harus kulakukan karena terkait
PKL dan DiesNatalis. Aku sadar ini tahun terakhirku untuk bisa mengikuti
kompetisi ini. Anehnya, aku cenderung lebih pasrah, kurang ambisius, dan lebih
coba menikmati tahapan menulis esai.
Esaiku
ini selesai dan kukirim saat aku sedang ikut Konsinyiasi PKL di Bogor. Kutunggu
pengumumannya selama 2 minggu, dan hasilnya aku berhasil lolos final.... Moment
luar biasa saat itu. Dan saat final pun akhirnya aku mendapat juara 3 di
kompetisi Menulis bidang Statistik tingkat nasional yang paling bergengsi ini.
Luar biasa, perjuangan 3 tahunku akhirnya membuahkan hasil. Inget banget,
sebagai bentuk syukur, kontingen STIS di Statistika Ria kemaren kutraktir makan
dah, & temen-temenku lainnya juga banyak kutraktir. :D
Yah,
itulah kisahnya, penulis statistisi, yang penuh liku, tapi diakhiri dengan
membanggakan.
0 komentar:
Posting Komentar