Statistika
merupakan ilmu yang sudah berkembang sejak awal abad masehi. Dimana saat itu
sejarah mencatat bahwa bangsa romawi pernah melakukan kegiatan semacam sensus
untuk mencacah seluruh warga negaranya. Dalam perjalanannya, konsep fundamental
statistika baru berkembang di sekitar akhir abad 19 dan awal abad 20. Fisher,
Karl Pearson, Neyman Pearson, C.R Rao dan lainnya merupakan aktor pembentuk
pondasi ilmu statistika yang kita kenal sekarang.
Statistika
memberikan banyak manfaat dalam berbagai bidang kehidupan. Statistika merupakan
body of knowledge dari tahapan pengumpulan data, analisis dan penafsiran
data. Tahapan itu menghasilkan data statistik atau informasi yang bisa menjadi
dasar pengambilan keputusan/kebijakan obyektif dan
ilmiah.
Berbagai bidang kehidupan tentu dipenuhi dengan berbagai keputusan atau kebijakan
yang harus diambil.
Perkembangan
ilmu Statistika dengan segala kegunaan yang ditawarkan, menyebabkan pemanfaatan
statistika pada berbagai bidang semakin berkembang pesat. Lembaga Survei mulai
menjamur di abad 21 ini. Bahkan sudah menjadi keharusan bagi sebuah negara
memiliki kantor statistiknya sendiri. Dikarenakan
manfaatnya itu pula, muncul ilmu baru yang menggabungkan Statistika dengan ilmu
lainnya, misal, Ekonometrik, Sosiometrik, biostatistik, dll.
Pemanfaatan
statistika ternyata tidak semulus sesuai harapan. Sangat dimungkinkan banyak
terjadi permasalahan dalam penerapan tahapan body of knowledge Statistika. Kualitas data statistik yang
dihasilkan pun dipertaruhkan. Masih membekas dalam ingatan kita terkait Pilpres
2014, bahwa banyak orang yang tidak percaya terhadap data yang dihasilkan
beberapa lembaga survei, dan masyarakat memberikan julukan sebagai lembaga
survei abal-abal, karena hasilnya
yang berbeda jauh dengan kebanyakan lembaga survei lain. Keakuratan data
statistik Indonesia yang dihasilkan BPS (Badan Pusat Statistik) juga tidak
luput dari kritik berbagai pihak, baik itu masyarakat, pengusaha, peneliti,
bahkan penyelenggara negara ini sendiri. Anggapan ini diperkuat dengan gagasan
pada buku berjudul How to Lie with
Statistics yang terbit pada tahun 1954 dan cukup fenomenal hingga sekarang.
Apa
yang menjadi permasalahan? Mari kita cermati permasalahan ini dari sisi
Statistika sebagai suatu Alat. Dalam KBBI, Alat memiliki arti “yang dipakai untuk mencapai maksud”, yang dapat berupa banyak kemungkinan.
Statistika tentu merupakan alat, apabila digunakan memiliki maksud untuk
menghasilkan data statistik.
Alat
itu bersifat pasif atau tergantung penggunanya. Seperti sebuah pisau yang bisa
digunakan untuk memotong bahan makanan atau bisa saja untuk melukai orang,
statistika pun juga bisa digunakan untuk menghasilkan data statistik yang
memperjelas atau bahkan membohongi. Tidak salah Disraeli mengatakan bahwa
kebohongan itu ada tiga jenis, yaitu lies,
damned lies, and statistics. Berbohong dengan memanfaatkan statistika akan
lebih mudah daripada berbohong tanpa statistika, karena dengan memanfaatkan
statistika mengakibatkan kebohongan itu cenderung terlihat benar adanya.
Akan
tetapi, semua itu tergantung oleh penggunanya sendiri. Apakah lebih
mengedepankan kejujuran atau tidak saat menggunakan statistika itu sendiri. Statistika
dikatakan sebagai salah satu alat kebohongan, mungkin itu disebabkan oleh para
penggunanya yang tidak jujur dalam menggunakannya. Jujur sebenarnya merupakan
salah satu sifat terpenting yang harus dimiliki insan statistik. Kejujuran itu
pun termuat dalam nilai-nilai inti BPS yaitu PIA (Profesional Integritas
Amanah), pada bagian Amanah.
Alat
itu pasif, juga seperti sapu lidi yang digunakan untuk membersihkan halaman
rumah yang dipenuhi rontokan daun, dapat bersih atau tidaknya halaman itu
kurang tergantung oleh sapu lidi tetapi lebih pada usaha penggunanya. Apabila
penggunanya kurang cermat, teliti, dan semangat, maka halaman itu tidak akan
benar-benar bersih. Statistika sebagai alat pun juga seperti itu. Tahapan pengumpulan, pengolahan, analisis
hingga penafsiran data, baik atau tidaknya tergantung para pelaku atau
insan statistik yang terlibat dalam tahapan itu.
Kerja keras menjadi
salah satu sifat yang perlu dimiliki insan statistik terkait masalah tersebut. Kerja
keras adalah berusaha sekuat daya dan tenaga, pantang menyerah, tidak pernah
ada kata putus asa untuk mencapai hasil yang maksimal. Kerja keras untuk lebih cermat, teliti, dan
semangat dalam bekerja. Itu modal bagi para
pelaku statistik untuk mampu menanggulangi permasalahan yang dihadapi pada
tahapan body of knowledge Statistika.
Karakteristik
alat itu juga bisa usang, dan tidak layak pakai lagi. Seperti perahu layar yang
dahulu masih banyak digunakan nelayan untuk mencari ikan, akan tetapi perahu
layar itu dirasa tidak memberikan efektivitas dan efisiensi lagi untuk
mendukung pekerjaan nelayan. Statistika pun juga dapat mengalami kondisi
seperti itu. Bayangkan kondisi ketika statistika masih dalam pengumpulan
datanya masih belum disadari dapat dilakukan secara survei. Bayangkan juga
kondisi ketika statistika parametrik masih belum ditemukan. Selain itu betapa
sulitnya statistika diterapkan ketika belum dipadukan dengan teknologi komputasi.
Statistika di hari ini pun cukup banyak diisukan akan tergantikan di era Big Data ini, karena dirasa usang untuk mampu
menganalisis Big Data.
Kreativitas
menjadi kunci untuk mengatasi ketidaklayakan bahkan keusangan yang dihadapi statistika.
Kreativitas merupakan kemampuan untuk mencipta. Kreativitas merupakan unsur
penting dalam perkembangan semua ilmu pengetahuan yang ada selama ini, termasuk
ilmu statistika. Kreativitas para ilmuwan statistika yang telah membuat ilmu
ini dapat menjadi seperti sekarang ini. Insan statistik sekarang ini pun tetap
perlu memiliki kreativitas dalam mengembangkan statistika, ditengah arus perkembangan
zaman.
Setelah
meninjau sisi statistika sebagai suatu alat, bisa dimaknai bahwa permasalahan
yang dihadapi selama tahapan menghasilkan data itu cenderung tergantung pada
pelaku/insan statistik. Selain itu dapat dikaji bahwa kejujuran, kerja keras,
dan kreativitas merupakan karakteristik yang perlu dimiliki untuk meningkatkan
keunggulan dan kualitas insan statistik.
J
J
J
J
0 komentar:
Posting Komentar