Blogroll

halo
Searching...
Rabu, 14 September 2011

Rata-Rata itu Sesat

17.34

Rata-rata atau mean merupakan salah satu ukuran pemusatan data dalam ilmu statistik. Rata-rataadalah salah satu alat pendeskripsian yang sering dipakai saat ini. Bisa dikatakan, rata-rata adalah rumus paling populer diantara rumus statistik lainnya. Rata-rata adalah rumus statistik yang sudah “basah” dimata masyarakat dibanding ukuran statistik lain yang “kering” dan menjenuhkan.Hal ini karena rumus itusederhana sehingga mudah dipahami dan dipakai. Selain itu, rata-rata mudah diverbalkan sehingga banyak digunakan dalam percakapan sehari-hari masyarakat.

Suatu hal bila dijelaskan hanya oleh rata-rata, terkadang masihlah bias.Misal, data pendapatan perkapita penduduk suatu negara. Negara A dan B memiliki pendapatan perkapita yang sama-sama tinggi, yaitu 20 dollar/hari. Tapi apakah kondisi kesejahteraan penduduk dua negara itu sama? Jawabannya tidak, karena masih perlu ditelaah lewat ukuran penyebaran. Ukuran penyebaran juga merupakan alat pendeskripsian seperti rata-rata, yang menonjolkan tingkat keheterogenan.Rumus yang baik digunakan dalam konsep penyebaran yaitu Standart Deviasi (SD).Pada dasarnya, semakin tinggi nilai SD maka data semakin heterogen, sebaliknya bila semakin rendah nilai SD maka data semakin homogen.
Kembali pada contoh kasus, misal negara A memiliki SD sebesar 5, sedangkan negara B 4. Dapat diperoleh info bahwa kebanyakan warga A pendapatan perkapitanya terletak pada 20 dollar + - 5 dollar, sedangkan negara B 20 dollar + - 4 dollar. Terlihat bahwa A memiliki tingkat keheterogenan yang lebih tinggi daripada B. Jadi juga dapat disimpulkan bahwa negara A memiliki penduduk yang secara keseluruhan lebih sejahtera daripada negara B walau memiliki rata-rata yang sama.

Konsep dasar ukuran penyebaran perlu benar-benar dipahami untuk memperoleh pendeskripsian data dengan tepat. Tidak cukup hanya dengan memakai rata-rata. Kita bisa saja tertipu bila hanya mengandalkan rata-rata.

Sayangnya sampai saat ini, konsep penyebaran (beserta cara mengukurnya) masih belum familiar pada masyarakat Indonesia. Konsep itu masih kalah pamor dengan ukuran pemusatan (rata-rata). Salah satu penyebabnya, karena sampai saat ini data sering hanya dideskripsikan lewat rata-rata saja, misal data pendapatan perkapita, inflasi, dll. Sehingga masyarakat belum terbiasa dengan konsep penyebaran.

Konsep penyebaran sebenarnya tergolong rumus statistik yang mudah dipahami. Konsep itu juga sudah diajarkan dalam bab Statistika mapel Matematika di SMA/sederajat. Tetapi perlu diakui bahwa saat ini pendidikan Indonesia kurang. Pendidikan statistika di negeri ini masih hanya mencondongkan kemampuan menghitung nilai ukuran statistik, kemampuan dalam memahami secara mendalam dan menerapkannya masih sangat kurang diasah.

Pemerintah dan berbagai pihak terkait lain perlu segera bertindak. Perlu ada pemfamiliaran masyarakat pada konsep penyebaran ini. Salah satu caranya, berbagai ukuran penyebaran harus mulai kerap dipublishkan, misal pada data pendapatan perkapita, inflasi, dan bahkan harus sampai hal-hal kecil seperti nilai rapor siswa. Sistem pendidikan statistika juga perlu diperbaiki. Hal-hal ini perlu, agar kita tidak disesatkan lagi oleh nilai rata-rata.

0 komentar: