Blogroll

halo
Searching...
Minggu, 18 Desember 2011

Kutilang Merah

20.43



Pagi hari yang penuh polusi, seorang pemuda berjalan penuh semangat dipinggir jalan raya kota Jakarta timur. Jalan arah menuju utara dipenuhi dengan deretan mobil dan motor yang antri start dengan garis startnya lampu lalu lintas. Sering mobil atau sepeda motor dengan tak sabar ambil start duluan. Pemuda yang penuh semangat itu hampir saja tertabrak. Tapi untunglah, dengan langkah tegapnya, dia mampu menghindari sehingga berhasil menyeberang dengan selamat.

Pemuda itu bernama Budi, dari kampung nan jauh disana, merantau ke Jakarta demi menimba suatu ilmu di salah satu perguruan tinggi disana. Sudah setahun sejak kelulusannya dari SMA, suka dan duka menghinggap silih berganti, tapi lebih cenderung banyak dukanya. Walaupun begitu. penuh semangat dia belajar, karena dia merasa sangat terpanggil untuk menekuni ilmu itu. Walaupun mungkin nilainya tidak sebegitu bagusnya, tapi dia sangat menikmati proses belajar itu.

Budi berjalan penuh semangat, memakai sepatu kets warna putih hitam, dibalut dengan kaos putih dan celana training biru. Melihat penampilannya, ternyata benar dia akan jogging pagi. Budi sedang menuju arah taman yang biasa diputari untuk jogging. Dua puluh putaran dia tempuh, sungguh melelahkan tapi menyehatkan. Saat duduk dibawah pohon rindang, dari atas jatuh seekor burung warna merah. Wah burung kutilang merah yang sayapnya sedang terluka. Budi kebingungan antara membiarkan atau menolong kutilang itu, dan pada akhirnya dibawa pulang burung itu (lalu digorengnya burung itu sebagai lauk, gubrak hehe becanda :D), lalu dirawatnya kutilang itu. Dibelikan pula rumah sangkar bagi kutilang itu, tidak ketinggalan makan dan minuman khusus burung, sehingga kutilang itu sembuh.

Hari-hari Budi semakin dihiasi oleh burung kutilangnya yang merdu suaranya. Pagi-pagi kicauannya sungguh menjadi obat kangen Budi pada kampungnya yang masih alami. Burung itu juga seperti ibunya yang dengan sabar membangunkannya lewat kicauan indahnya.

Dinamainya kutilang merah itu Feli, untuk mengenang kucingnya yang baru mati terlindas truk,yang juga bernama Feli. Semakin hari semakin suka saja Budi pada kutilangnya. Sering pula terlihat dia ngomong-ngomong sendiri di depan sangkar Feli. Suatu hari, Budi akhirnya mencurhatkan pada Feli si kutilang, bahwa dia sungguh mendambakan pendamping seorang perempuan yang cantik dan baik. Sungguh Budi ingin merasakan bagaimana rasanya punya pacar, merindukan hidup saling berbagi kasih dengan seorang perempuan. Hal-hal itu belum dia dapatkan hingga sekarang. Tiga kali nembak, selalu saja meleset. Sungguh kasihan ya Budi.

Esok paginya, Budi membuka matanya dari tidur lelapnya. Akan tetapi ada yang aneh, Budi tidak mendengar suara kicauan Feli. Ternyata sangkar burung itu jatuh dan terbuka, sehingga Feli si kutilang merah lepas. Sedih Budi meratapi keadaan. Setelah kucingnya, sekarang kutilangnya yang pergi meninggalkannya.

Dua minggu kemudian, saat Budi sedang di kampus, ada seorang perempuan yang mendatanginya untuk bertanya lokasi perpustakaan. Sungguh cantik perempuan itu, Budi terpesona dengan senyumnya. Perawakan perempuan itu tinggi, agak kurus dan langsing (hehe). Pada akhirnya mereka berdua berkenalan. Sebuah kebetulan, nama perempuan itu Felisita dan biasanya dipanggil Feli, nama yang sama dengan kutilang merah Budi. Mereka berdua semakin hari semakin akrab. Feli sungguh respons pada Budi, Budi apalagi (hahhaha).

Mengenal lebih jauh tentang Feli, Budi merasa cukup banyak kemiripan antara Feli perempuan cantik dengan Feli si kutilang merah. Jelas yang pertama, kebetulan memiliki kesamaan nama. Selain itu, Feli si perempuan memiliki suara yang khas dan merdu, dia juga aktif di paduan suara, mirip dengan Feli si kutilang merah yang kicauannya pun sungguh merdu. Selain itu Feli juga sangat menyukai warna merah, tiada hari tanpa warna warna merah. Selalu saja ada aksesoris pakaiannya yang berwarna merah. Mirip dengan Feli si kutilang yang bulunya penuh warna merah. Sehingga Budi mulai berkhayal bahwa Feli adalah penjelmaan kutilang merahnya, yang jelas secara ilmiah tidak mungkin.

Pada suatu sore di sebuah taman, Budi dan Feli berjalan-jalan dan saling bercanda gurau. Budi mengajak Feli duduk di bawah pohon rindang, tempat dimana Budi menemukan kutilang merah yang terluka. Disitu dengan gugup dan terbata-bata, Budi menyatakan perasaannya pada Feli. Sungguh terlihat romantis saat itu. Feli sungguh terlihat amat cantik di mata Budi. Pada akhirnya Feli memberikan jawaban yang sangat membahagiakan Budi, Feli menerima Budi. Budi sangat senang sekali, dipegangnya tangan Feli erat-erat.

Sejenak kemudian, Budi dengan becanda bertanya, “fel, apakah kamu tu si Kutilang Merah peliharaanku dulu?”.

Feli menjawab,” iya aku si kutilang merah..”.

Terkaget Budi mendengarnya. Lalu feli berkata, “ iya aku si wanita KuTiLang (Kurus Tinggi & Langsing) dan suka warna merah”. Haha, Budi tertawa mendengarnya. Lalu tiba-tiba Feli mengecup mesra pipi Budi.
End.

0 komentar: