Blogroll

halo
Searching...
Minggu, 09 Oktober 2011

Bukan Melukis, Tetapi Memotret Data

20.21

Melukis adalah kegiatan yang menghasilkan gambar atau lukisan yang memiliki nilai keindahan yang menarik. Melukis itu termasuk kegiatan dimana unsur subyektifitasnya sangat tinggi. Disini yang dimaksud adalah subyektifitas dari sang pelukis. Pelukis dapat membuat indah suatu obyek yang sebenarnya biasa-biasa saja. Melukis benar-benar dapat memanipulasi suatu obyek lukisan. Misal, saat wanita yang sudah tua dilukis, pelukis bisa saja membuat wanita itu lebih terlihat lebih muda di lukisan, atau bisa saja makin menuakannya.

Dilain pihak, memotret adalah kegiatan mengambil gambar suatu obyek dengan memakai kamera. Memotret berbeda sekali dengan melukis. Obyek yang dipotret akan tergambar apa adanya lewat foto. Kamera dalam mengambil gambar bagaikan mata polos apa adanya. Tingkat kesubyektifitas dalam memotret sangatlah rendah. Unsur keobyektifan lebih mengemuka. Misal, saat pohon tanpa daun dipotret, maka akan tergambar pohon tanpa daun juga. Apabila diedit lewat program komputer pun akan sangat terlihat jelas manipulasinya, sehingga bila dipotret akan enggan diedit berlebihan. Hanya berani diedit sedikit dan itu sebenarnya demi menghasilkan gambar yang lebih mendekati kenyataan.

Istilah “data” pasti sudah sangat sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Biasa ditampilkan lewat tabel dan grafik. Data adalah hal yang mampu menelurkaninformasi-informasi yang penting dalam hal mensolusikan masalah atau mengambil keputusan. Data hampir selalu ada dan berguna di semua bidang kehidupan. Sehingga kebenaran data sangat diperlukan.

Proses pengumpulan data perlu dilakukan seperti memotret. Dengan memotret, data yang diperoleh akan lebih obyektif. Data akan lebih terpercaya dan mampu menggambarkan kenyataan dengan baik. Data juga akan menghasilkan informasi-informasi yang tepat guna dalam mensolusikan masalah dan mengambil keputusan.

Jangan sekali-sekali dalam memperoleh data memakai prinsip “melukis”. Data yang dihasilkan akan penuh dengan kesubyektifitas. Data seperti itu akan sangat sulit diharapkan mampu berguna, malahan bisa menyesatkan. Hal yang didasari data itu tidak akan memiliki pondasi yang kuat. Misal, data rumah tangga penerima BLT apabila banyak terjadi error, akan membuat program BLT benar-benar salah sasaran.

Berharap data di Indonesia dihasilkan lewat proses “memotret”. Tidak hanya bagi penghasil data dari pihak pemerintah, tetapi juga bagi pihak lembaga survey milik swasta. Hal itu penting demi terciptanya Sistem Statistik Nasional (SSN) yang dapat diandalkan sebagai motor penggerak menuju Indonesia yang lebih baik.



0 komentar: